Minggu, 02 Juni 2013

Wajah Kepolisian Kita




Kepolisian merupakan institusi penegak hukum yang paling familiar kita dengar dalam setiap aktivitas kita. Dengan slogan mengayomi dan melayani masyarakatnya yang fenomenal itu, kita selalu melihat dan bersinggungan langsung maupun tidak langsung dengan kepolisian. Mulai dari polisi lalu lintas di jalan raya hingga polisi yang mengejar teroris sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Bisa dibayangkan apa jadinya bila tidak ada polisi di negara ini.

Institusi kepolisian tidak bisa dipisahkan dari sebuah negara, hampir setiap negara yang ada di muka bumi ini memiliki kepolisian dalam menjaga ketertiban negaranya. Demikian dengan Indonesia yang juga memiliki institusi kepolisian. Di Indonesia sendiri polisi tidak hanya mereka yang menangkap maling atau perampok lalu memenjarakannya. Polisi diupayakan untuk menciptakan ketertiban dan keamanan ditengah masyarakat dengan caranya yang mengayomi dan melindungi masyarakat. Tak pelak selama ini kita memiliki ekspektasi besar terhadap kepolisian untuk menciptakan hal tersebut, namun menjadi pertanyaan apakah ekspektasi tersebut masih pantas kita sandangkan dengan berkaca pada realitas yang terjadi selama ini.

Kepolisian tengah menjadi sorotan di masyarakat dewasa ini, bukan karena tengah heboh kasus korupsi Simulator SIM saja yang menjadikan kepolisian tengah di sorot, tapi lebih dari itu terindikasikan kasus-kasus besar yang terjadi dewasa ini di institusi kepolisian yang dilakukan oleh “oknum” telah mencoreng institusi kepolisian. Bahkan boleh dibilang ini hanyalah puncak gunung es dari sekian banyak “dosa-dosa” kepolisian kita mulai dar yang dilakukan oleh oknum polisi ditingkat polisi lalu lintas yang sudah menjadi rahasia umum bahwa kerapkali rentan terhadap sogokan hingga korupsinya Jendral Polisi. Sungguh miris sekali melihat kenyataan kepolisian kita bagai jauh panggang dari api untuk menciptakan keamanan dan ketertiban. Kita dibuat geleng-geleng kepala dengan kenyataan pelanggaran yang dilarang justru dilakukan oleh penegak hukumnya sendiri, dalam hal ini kepolisian.

Kepolisian tengah diterpa ujian maha dahsyat berupa krisis kepercayaan oleh masyarakat. Tak heran bila krisis kepercayaan terjadi di masyarakat, bukankah tak ada asap bila tak ada api, kepolisian kita harus mawas diri bahwasannya rakyat sudah mulai gerah dan muak dengan semua prilaku oknum polisi yang membuat negara bukannya semakin maju tapi makin terbelakang karena penegak hukumnya yang amburadul.

Maraknya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum polisi dan jauhnya prilaku polisi dari sikap mengayomi dan melindungi masyarakat telah sampai pada puncaknya. Kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian semakin lama semakin luntur akibat tingkah pola dan prilaku para oknum kepolisian yang tidak bertanggung jawab itu. Karena nila setitik rusak susu sebelanga mungkin pantas disematkan pada keadaan institusi kepolisian kita saat ini. Oknum-oknum yang ada di tubuh kepolisian yang melakukan suap-menyuap di pinggir jalan hingga korupsi milyaran telah mencoreng wajah kepolisian secara menyeluruh. Krisis kepercayaan masyarakat telah mencapai puncaknya, disinyalir hal ini merupakan akumulasi dari sekian banyak prilaku kepolisian kita yang tidak sesuai sebagaimana mereka seharusnya sebagai institusi penegak hukum bertindak dan berprilaku. Kemudaian timbul pertanyaan apakah dapat kita sebutkan bahwa buruknya wajah kepolisian kita saat ini hanya disebabkan oleh para segelintir oknum? Atau malah hampir semua yang ada di kepolisian melakukan pengingkaran terhadap tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat? Sulit bagi kita membuktikannya, namun tak mustahil indikasi yang mengarah kesana ada, spekulasi akan selalu ada. Tapi entah lebih dominan yang melakukan keburukan daripada yang kebaikan atau sebaliknya, tapi yang pasti institusi kepolisian jelas sudah tercoreng. Tak pelak hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi kepolisian kita, apakah mau berbenah untuk memperbaiki diri atau justru malah terus berkontribusi membuat negara makin kacau. Seperti yang kita tahu, belum selesai lagi kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat kita di pemerintahan, kita dihebohkan dengan korupsi yang dilakukan oleh Petinggi kepolisian kita berupa korupsi Simulator SIM. Bukan hal yang mengejutkan memang, karena sebelumnya juga kita sempat dihebohkan dengan pemberitaan beberapa waktu sebelumnya tentang rekening gendut petinggi kepolisian kita, namun berita ini lenyap begitu saja entah apa sebabnya, namun sudah lumrah kita ketahui bahwa sulit untuk membongkar kasus yang dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan.
Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan kasus korupsi Simulator SIM uang dilakukan oleh petinggi kepolisian kita, institusi kepolisan kita seolah mendapat tamparan keras dengan terbongkarnya kasus korupsin yang dilakukan petingginya. Dari kasus ini dapat kita lihat bahwa kepolisian sebagai institusi sebagai penegak hukum tidaklah bersih dan suci dari kesalahan. Tidak menutup kemungkinan banyak kasus-kasus lain yang belum terbongkar. Kita sebagai masyarakat berhak untuk terus mengawasi dan mendorong institusi kepolisian untuk terus berbenah dan memperbaiki diri.

Perbaikan institusi kepolisan harus dimulai dari tubuh kepolisian itu sendiri. Perbaiki kepolisian kita dengan memulainya dari pemimpinnya, karena pemimpin harus memberikan contoh pada bawahnnya, harus menjadi teladan bagi bawahannya dan hal itu tidak dapat terwujud bila pemimpinnya tidak baik. Seperti yang kita tahu bahwa ikan bila membusuk dari kepalanya terlebih dahulu. Begitupun dengan kepolisian kita boleh berspekulasi bahwa bisa saja kepolisian kita buruk karena petinggi kepolisiannya lebih dulu busuk. Tak berlebihan bila kita berasumsi demikian, terbukti dengan terbongkarnya kasus korupsi Simulator SIM oleh petinggi kepolisian kita.
Penerimaan dan perekrutan anggota polisi pun harus bersih dan bebas dari unsur kolusi dan nepotisme. Hal ini harus benar-benar dilakukan bila ingin membentuk kepolisian yang tangguh dan bersih dari kecurangan. Tak berlebihan bila kita ingin memperbaiki kepolisian dengan lebih dulu memperbaiki cara perekrutannya. Kemudian dengan terus meningkatkan integritas para anggota kepolisian juga harus terus senantiasa dilakukan, agar polisi kita benar-benar bisa amanah menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum yang sudah sepatutnya dapat mengayomi dan melindungi kita sebagai masyarakat.

Akhirnya harapan kita, kepolisian benar-benar serius mengembalikan kepercayaan masyarakat dan bukan hanya melakukan pencitraan semata. Bila kita lihat kepolisian memang sudah berusaha untuk memperbaiki dirinya dengan lebih melayani masyarakat sesuai dengan tugasnya yang mulia sebagai penegak hukum. Namun hal itu menjadi buyar berantakan dengan rentetan kasus korupsi dan suap yang dilakukan oleh oknum anggota polisi.

Masyarakat juga harus terus mendukung kepolisian agar terus berbenah memperbaiki diri. Dengan adanya timbal-balik saling mendukung kita berharap citra kepolisian semakin baik dan tidak hanya citranya saja yang semakin baik namun juga prilaku dan sikap kepolisian juga harus tambah baik.

Kepolisian telah mendapat citra yang amat buruk akhir-akhir ini, tak ada jalan lain selain terus berbenah memperbaiki tubuh kepolisian. Agar tidak ada lagi suap-menyuap dipinggir jalan dan korupsi milyaran di kantoran. Karena apa jadinya bila kepolisian tetap tidak berubah dan tidak memperbaiki diri, bisa saja negara kita ada diambang kegagalan bila institusi penegak hukumnya yang merupakan institusi yang paling krusial tidak mampu merubah diri kearah yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...